Senin, 08 September 2008

Tragedi Abepura Berdarah

Oleh : Jayapura
Sekelompok orang menyerang Kapolsek Abepura dengan menggunakan alat tradisional, kira – kira sebanyak 20 orang. Arah daerah di Abe Pantai, lalu dengan alasan yang tidak jelas membunuh salah satu anggota Polsek Abepura, akibatnya Kapolda Papua ( Daud Sitombong ) bersama Kepala Brimob ( Jhoni Waimal ) perintahkan anggotanya mencari pelaku pembunuhan di Polsek itu dan pada akhirnya tidak didapat pelakunya.
Namun, kemarahan disalurkan kepada kelompok – kelompok/ komunitas adat atau asrama. Asrama mahasiswa di kota Jayapura, seperti Asramin, Ikatan Pelajar Mahasiswa Ilega, Asrama Nayabi, Asrama Serai, Kampung Masyarakat Wanera Skailand dan Abe Pantai.
Asrama – asrama itu pada dini hari mulai terjadi penyisiran membabi buta / sewenang – wenang, dilakukan oleh aparat keamanan, dini hari jam 2.00 WIT Asrama Namiri di serang oleh aparat lalu ditembak kearah Asrama Nimiri jalan Biak Abepura samping SMA negeri 1 Jayapura. Akhirnya, Joni Keranggu tewas bersama 32 orang buka pengani di bawa ke Polsek Jayapura dan dipukul, dibunuh, basi maki , mengira, di dalam tahan kemudian hari kedua tanggal 8 malam, Ori Doronggi tewas di dalam ruangan tahan Polsek Jayapura.
Bahkan juga Elknius Suhumi yang diketemukan daerah scalend. Mayat itu semua dibawa ke gereja GKI Jayapura lalu dibawa ke tempat pemakaman cirmum Abepura, sehingga keluarga pihak korban memerintah kepada kedua pemimpin Polda / Joni Wainal dan Daud Catobang yang sedang Daud Sihombing sekarang menjabat wakil Kapolda Nagrodarusalem. Mentut segera melakukan proses hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku, tapi kedua orang ini masih berkeliaran sampai tahun 2004. Pengadilan negara makar dalam persidangan tersebut Daud Sitombing dan Joni Wainal diputuskan tidak bersalah. Akhirnya pihak korbanpun tidak terima keputusan hakim. Tetapi pihak korban berusaha pelanggaran HAM berat yang terjadi itu diupayakan Pengadilan Internasional, karena pengadilan nasional tidak mampu menyelesaikan masalah Hak Asasi Manusia
di Negaranya sendiri.

Rabu, 03 September 2008

PERBANDINGAN ANTARA PASAR MALIOBORO DENGAN PASAR YOTEPA JAYAPURA PAPUA

Oleh : Emus M Gwijangge

Ekonomi kerakyatan bangsa Indonesia merupakan suatu kedaulatan masyarakat sehingga pemerintah kotamadya Yogyakarta mempersiapkan tempat pasar Malioboro untuk perdagangan kota Yogyakarta.

Pasar Malioboro menjadi pasar central kelompok Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika dan kelompok Bhineka Tunggal Ika, pada tanggal 4 Juli 2008 jam 08.00 WIB turun ke lapangan langsung untuk mengambil data atau penelitian sehingga pasar tersebut melihat kondisi bangunan maupun pedagang sedikit tidak rasa baik. Maka pedagang lain berjualan di pinggir jalan atau di bawah tanah di pasar Malioboro, berbagai macam pedagang berjualan pakaian adat Jogja (baju batik) maupun alat pasar tradisional seperti coveni menjual nasi kuning, es sirop, kopi, juga banyak hal yang terlibat alat-alat tersebut pengunjung ada tertarik berbagai macam barang – barang. Dengan jumpai di Pasar Malioboro, situasi masyarakat perdagangan rakyat sibuk dengan kegiatan – kegiatan yang sedang berlangsung sehingga kamipun cukup merasakan suasana Pasar Malioboro yang begitu ramainya dan pedagang cukup padat dengan berbagai macam pedagang dan juga suasana Pasar Malioboro ini di banding dengan salah satu pasar di Kotamadya Jayapura sangat jauh dalam bangunan, gedung pasar maupun pengunjung / pembelanja juga sangat kurang pembelanjapun, hasil pendapatan dalam satu hari Rp. 300.000 – Rp. 500.000 di Kota Jayapura . Sedangkan kami wawancara dengan salah satu pedagang namanya Yolanda. Di pasar Malioboro mengatakan dalam satu hari kadang – kadang Rp. 2.500.000 sampai 3.000.000. sehingga Kepala pengelola pasar juga boleh disiapkan Prasarana Pasar untuk menjual dengan baik.